Slamet to selametan 3428 Mdpl (part 1)
Asalamualaikum sahabat internet,
Akhirnya setelah 2 bulan menunggu,
artikel tentang gunung hadir kembali. Menyambung pendakian sebelumnya di puncak
papandayan kini pendakian ane lakukan ke puncak gunung tertinggi di jawa
tengah, apalagi kalo bukan puncak gunung slamet, hehe
Beralih dari ketinggian 2000
menjadi 3000 ternyata sangat teramat berbeda sensasi dan suasana yang dirasakan.
Meski selisih yg terlihat hanya 1000, namun terasa amat sangat jauh dari apa
yang dibayangkan. Mungkin menurut ane 3 kali lipat dari papandayan masih pantas
untuk ketinggian puncak slamet tersebut. Hehehe.
Perjalanan yang sangat berkesan
buat diri pribadi ane, karna perjalanan kali ini dibuat bertepatan dengan
tanggal kelahiran ane, dan itu sungguh momen yang sangat membagakan hehehe. Selain
it banyak moment yang terjadi dari mulai pra perjalanan, saat perjalanan,
pendakian, sampai dengan pulang ke rumah masing2.
Berawal dari sehari sebelum
keberangkatan, teman kami yang bernama samudra (sam) memiliki pemikiran yang
sedikit berbeda dengan kami semua, jadwal keberangkatan dengan menggunakan
kereta pada tanggal 13 November 15, namun sehari sebelum keberangkatan tepatnya
tanggal 12 November 15 sam sudah berankat menuju stasiun senen. entah ia lupa
tanggal keberangkatan atau ia terlalu semangat untuk menaklukan puncak slamet, namun
itu menjadi sebuah lawakan tersendiri di grup khusus yang kami buat untuk
mendaki puncak slamet. Akhirnya dengan rasa malu dan kesal, ia pun kembali
kerumah.
Hari berikutnya tepatnya hari
keberangkatan, kali ini masalah menimpa ane dan ragel, berangkat pukul 18:30
dengan kondisi hujan yang cukup deras, kami berangkat menuju stasiun senen
dengan menggunakan speda motor. setibanya kami di daerah cinere, motor yang
kami kendarai mengalami beberapa kali mogok, jarak yang lumayan jauh dari rumah
dan lebih jauh lagi dari stasiun senen, membuat ragel memutuskan untuk menukar
motor, setelah bersusah payah menghidupkan motor, akhirnya ragel kembali
kerumah untuk menukar motor, dan ane menunggu di daerah cinere. Sekitar 30
menit menunggu, waktu yang cukup lama terbuang mengingat kereta yang akan kami
naiki berangkat pukul 21:00 akhirnya ragel pun tiba dengan menggunakan motor
yang lain.
Pukul 19:15 kami kembali
melanjutkan perjalanan dengan melewati jalur fatmawati, lagi2 kami harus
mengalami dilema dan keputus asaan melihat kemacetan yang begitu parah. Dengan
doa yang terus di ucap dan kelihaian ragel dalam berkendara, akhirnya kami dapat
melewati kemacetan tersebut. 15 menit sebelum keberangkatan kami sudah tiba di
stasiun senen.
Banyak teman baru yang belum ane
kenal seperti ijah, tari, ucup, ridho, mba iva namun banyak juga teman yang
sudah ane kenal saat melakukan pendakian di papandayan. Siapa lagi kalo bukan
mba wid, sri, lili, mangap, kentung dan tentu aja temen seperjuangan dari masih
piyik, dialah mom. Oiya ada 1 orang lagi, namanya om radit klo di char coc
namanya doclang (ga ngerti dah doclang singkatanya apa) Hahaha.
Setelah semua sudah siap dan
kereta sudah datang, kami pun menuju loket untuk memverifikasi tiket dengan
kartu tanda pengenal kami. Lagi-lagi moment drama terjadi, kereta serayu malam
yang kami naiki sudah hampir jalan, namun samudra (sam) belum terlihat batang
hidungnya. Setelah pluit dibunyikan akhirnya sam tiba didepan loket, namum
tiket masih di pegang si mom. Akhirnya mom kembali turun kereta sambil
meneriaki petugas agar samudra bisa masuk, dengan perjuangan keras dan terjadi
kejar2an dengan kereta yang sudah sedikit berjalan mom dan samudra pun bisa
naik ke kereta dan bergabung bersama kami. Sungguh moment yang mendebarkan,
andaikan beberapa detik saja terlambat mungkin kami tidak akan tau nasib sam
seperti apa. Ckckck
Pukul 21:00 kami berangkat dari
stasiun senen menuju stasiun purwokerto jawa tengah. Di dalam kereta kami mulai
berkenalan satu sama lain, ya meskipun hanya beberapa saja yg belum kenal dan
itu pun kami sebenarnya sudah akrab di grup whatsapp sebelumnya.hehehe
Perjalanan yang kami tempuh
sangatlah lama, 12 jam waktu perjalanan. Berbeda dengan kereta yang kami naiki
saat pulang, yakni hanya sekitar 6 jam waktu perjalanan. Awal menaiki suasana
masih menyenangkan, mulai dari bermain kartu bersama, makan bersama, tertawa
bersama dengan tranding topik yang masih di pegang oleh samudra, bahkan kami
harus mendapat teguran dari petugas karena suara kami yg terlalu keras
menguasai 1 gerbong kereta yang kami tumpangi sehingga menggangu penumpang yang
lain, pukul 01:00 semua telah beristirah dan tidur.
Menjelang pagi kami pun disuguhi
dengan pemandangan yang luar biasa, waktu telah memasuki pukul 09:00 pagi,
namun kereta belum juga tiba di stasiun purwokerto. Setelah lawakan demi
lawakan telah habis di ucapkan dan rasa kecewa, lelah, tak sabar ingin segera
menaklukan puncak slamet membuat kami mengeluarkan komentar2 yang tidak bagus
terhadap kreta yang satu ini (not recomended). akhirnya kami tiba di stasiun
purwokerto jawa tengah pada pukul 09:30 pagi, setengah jam dari waktu perkiraan.
Setiba disana kami harus menaiki mobil bak untuk melanjutkan ke basecamp gunung slamet. 1 buah mobil bak cukup untuk menampung kami yang berjumlah 15 orang dan barang2 kami yang lumayan banyak.
Setiba disana kami harus menaiki mobil bak untuk melanjutkan ke basecamp gunung slamet. 1 buah mobil bak cukup untuk menampung kami yang berjumlah 15 orang dan barang2 kami yang lumayan banyak.
Terik panas nya matahari tak
menyulutkan semangat kami untuk melanjutkan perjalanan, didalam perjalanan tak
lelahnya rahang ini untuk tertawa mendengarkan guyonan2 yang selalu terucap. Hingga
satu momen yang terbawa sampai saat ini dan menjadi bahan pembicaraan yg tak
ada habisnya, “sejenis tukang jok” 1 kalimat 3 kata dan beribu makna. Tak
mengerti arti dan maksud dari kalimat yang terpampang di sebuah toko di pinggir
jalan yang kami lewati tersebut, namun kalimat tersebut yang selalu terbawa dan
menjadi lawakan2 setiap pembicaraan kami. Hahah
Setelah satu setengah jam
perjalanan, akhirnya kami tiba di basecamp. Ucup yang saat itu merasa tidak
enak badan akhirnya mengeluarkan semburan maut untuk membuat badan fit kembali,
ditambah dengan tato2 merah yang digoreskan ijah ditubuh bagian belakang ucup,
sudah cukup membuatnya bugar kembali. (bahasa tingkat tinggi nih) Hehehe
Satu jam waktu yang kami habiskan
untuk preparing, baik itu sholat, makan maupun packing ulang. Pukul 14:00 kami
memulai untuk melakukan pendakian, biaya maxi 5000/orang harga yang cukup murah
dibanding harga gunung-gunung dijawa barat seperti papandayan dll. Dalam
pendakian awal kami melewati daerah perkebunan kentang dan bawang, sampai
dengan pos 1 trek yang kami lalui masih terbilang biasa, hanya jaraknya memang
lumayan jauh. Sekitar setengah perjalanan menuju pos 1 kami harus menghadapi
hujan yang begitu deras, trek yang licin membuat kami harus berhati2 untuk
memilih pijakan kaki.
Sampai dengan pos 1 akhirnya
hujan pun berhenti, di pos 1 kami sudah dijamu oleh penjual mendoan dengan
harga 2ribu rupiah dan ukurannya lumayan kecil. Ya lumayan untuk mengganjal
perut ckckckk
Setelah fit kembali kami
melanjutkan pendakian, trek terjal dan curam sudah mulai kami hadapi. Tak ada
jalan lurus sedikit pun, semua jalur menanjak keatas dengan tingkat kemiringan
hampir 70 derajat (kayaknya heheh). Rasa lelah, dingin dan lapar tak
menyurutkan semangat kami untuk terus mendaki.
Sekitar pukul 6 sore kami tiba di
pos 2, matahari yang sudah mulai meninggalkan kami membuat headlamp yang telah
kami siapkan harus keluar dan hinggap dikepala kami dan membantu menerangi trek
yang kami lalui. Dalam perjalanan menuju pos 3, ragel mengalami keram pada kaki
kirinya. Sebagian sudah berjalan keatas sedangkan ane, om radit, mangap,
kentung, sam dan mba iva harus berhenti sejenak untuk membantu ragel. Peralatan
p3k dikeluarkan, mangap membantu untuk memijat kaki ragel dengan balsam, dan
sam membantu memasang gips pada kaki ragel.
Setelah dirasa bisa melanjutkan
perjalanan, kami pun bergegas untuk menyusul rombongan yang telah jalan
terlebih dahulu. Sampai dengan pukul 8 malam kami tiba di pos 3 dan memutuskan
untuk membangun tenda disana, lapak yang sudah penuh membuat kami harus mencari
lapak lain, dan kami pun akhirnya mendapat lapak yang tidak datar dan sangat
tidak nyaman untuk tidur. sebagian memasak untuk mengisi perut dan sebagian
mendirikan tenda. Tak jauh berbeda lauk yang siapkan seperti dengan lauk pada
trip papandayan lalu, orek tempe, nugget, sayur sop dan tempe goreng sudah
cukup untuk menemani makan malam kami. Tak ada permainan kartu atau bakar2 api
unggun seperti yang kami lakukan di puncak papandayan, Udara yang semakin
menusuk dan jam sudah menunjukan pukul 11 malam akhirnya membuat kami
memutuskan untuk memasuki tenda masing-masing. Pukul 2 pagi kami sudah bangun
dan bersiap2 untuk summit ke puncak, cuaca yang sangat dingin serta keadaan
yang gelap gulita menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk dapat menaklukan
tanah tertinggi di jawa tengah tersebut dan menikmati sunrise di atas sana.
Kali ini ane dipercaya untuk
memimpin perjalanan, dengan berbekal pengetahuan yang cukup dan penerangan yang
baru di beli kemarin membuat ane memimpin perjalanan ini dengan penuh semangat,
hehehe
6 post lagi yang harus kami lalui
agar mencapai puncak, namun dalam perjalanan yang belum begitu jauh teman kami
mba iva mengalami sakit dan perjalanan harus dihentikan sejenak. Dengan
berbagai pertimbangan akhirnya mba iva harus kembali ketenda dengan ditemani
samudra.
Setelah perjalanan hampir
mencapai post 4, ternyata ane baru sadar mba iva masih memaksakan diri untuk
melanjutkan kepuncak dan ia berada di urutan paling belakang sebelum mom yang
saat itu menjadi sweaper, Akhirnya ane memutuskan untuk menemani mom dan mba
iva, sedangkan yang lain melanjutkan perjalanan terlebih dahulu. Melihat
kondisi fisik yang semakin melemah membuat ane dan mom memutuskan untuk
menitipkan mba iva di pos 4 dengan menumpang tenda pendaki lain, ya meskipun
dengan berat hati dan khwatir (ga dapet sunrise) eh becanda mba iva, kita takut
mba iva kenapa2 ko kalo maksain hehehe akhirnya mba iva kami tinggal di pos 4.
Perjalanan ane lanjutkan bersama
mom dan mba iva ( tas nya doang maksudnya heheh), dengan kecepatan maksimal
kami bergegas mengejar rombongan. Di pos 5 akhirnya kami dapat menyusul
rombongan depan, setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga kami
melanjutkan perjalanan menuju pos-pos selanjutnya untuk mencapai puncak yang
telah menanti kami. Sampai dengan pos 6, mangap dan sri memutuskan untuk
beristirahat tidur sejenak karena semalam mereka tidak tidur (katanya).
Memasuki perjalanan menuju pos 7
pemandangan yang menakjubkan sudah mulai terlihat, keindahan lampu-lampu warga
dan jutaan bintang yang menghiasi langit membuat rasa lelah ini sedikit berkurang
dan membuat semangat kami bertambah untuk menggapai puncak impian kami. Hingga
akhirnya kami tiba di pos 7 dan mendapatkan pemandangan yang luar biasa, meskipun
saat itu tim masih minus mba iva yang tertinggal di pos 4, mangap dan sri di
pos 6 dan tim tanggerang ijah, tari, ucup, ridho dan mba wid ( titipan dari
grogol hehehe).
handphone pun segera dikeluarkan dan kami berfoto seadanya
dengan keadaan cahaya yangmasih belum memadai. Kami melanjutkan perjalanan ke
pos berikutnya, jarak antara pos 7, 8 dan 9 tidak begitu jauh dan kami
memutuskan untuk beristirahat di antara pos 8 dan sembilan untuk membuat bubur
kacang ijo yang telah direndam semenjak hari keberangkatan. Tempat yang cukup
strategis untuk menikmati sunrise, sambil menunggu rombongan yang tertinggal
mom dengan cekatan menyalakan nesting dan memasak bubur kacang ijo yang menjadi
santapan kami saat itu. Tak lupa kewajiban pun kami kerjakan diatas sana, dan
mengabadikan momen-momen yang tak mungkin bisa kami lupakan.
Setelah satu jam menunggu
akhirnya rombongan lain pun tiba kecuali mba iva yang saat itu masih berada di
pos 4. Bubur telah masuk kedalam perut dan lelah sudah terbayar dengan
pemandangan luar biasa, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pucak tertinggi.
Jalur yang berubah menjadi bebatuan dan pasir menjadikan tantangan baru bagi
kami untuk sampai di atas sana. Dalam hal ini kami dituntut untuk berhati2
dengan bebatuan yang tergelinding oleh pendaki yang berada diatas, terlihat
dekat dengan puncak namun ternyata masih jauh. Dalam pendakian bebatuan kami mendapat
kabar dari pendaki yang tidak lain adalah pendaki yang kami temui di pos 4
bahwa mba iva melanjutkan pendakian dengan mereka namun berhenti sampai dengan
pos 8 dan tak sanggup untuk melanjutkan lagi, dan lili yang saat itu telah
mencapai puncak terlebih dahulu saat kami beristirahat di antara pos 8 dan 9
akhirnya turun terlebih dahulu bersama mba iva menuju pos 3.
Dengan perjuangan hebat akhirnya
satu persatu di antara kami berhasil mencapai puncak tertinggi gunung slamet,
puncak tertinggi jawa tengah. Hohohoo
terdapat 2 titik dipuncak
tersebut, titik pertama adalah titik dimana kami tiba dan titik kedua berada
diatas kawah yang tidak jauh dari titik yang kami singgahi, namun untuk
mencapai titik tersebut harus melalui lembah terlebih dahulu. Terik matahari
yang menyengat namun udara yang sangat dingin membuat rasa yang tak biasa untuk
kami namun pemandangan yang luar biasa indah membuat mata ini tak bosan-bosan
memandang sekeliling kami. Tak lupa ane mengambil gambar tas mba iva sebagai
penghargaan atas usahanya mencapai puncak, meskipun ia tidak sampai keatas
puncak tapi setidaknya tas nya sudah berada di tanah tertinggi gunung slamet.
Hehehe
dataran diatas puncak tidak
terlalu luas namun memanjang, dan kami semua berfoto pada tanda tulisan puncak
slamet yang mana saat sebelumnya gambar tersebut hanya sebuah DP dalam grup,
namun kini kami semua berada disana kecuali mba iva (maaf ya mba iv). Banyak
nya pendaki yang ada saat itu membuat kami harus bergantian untuk berfoto di
tanda tersebut.
Nice kaka,sampe ketemu d gunung2 selanjutnya ;-), kaga ad acara ngebully qhan d comment haha
ReplyDeleteMy name is Mahsyar
ReplyDeleteNot Mom XD
Tunggu ajakan selanjutnya :D
hahaha,
ReplyDeleteoke deh kaka kaka kece
Kereen....tp itu yg di dalem kereta pas istirahat koq udah kayak ikan mau dipanggang ych.
ReplyDeleteHahaha
mantap bro,
ReplyDeletekapan2 boleh lah kita hiking bareng anak motor
mancaiiii
ReplyDelete